Cerita ini telah lulus moderasi CMD dengan Nomor CD/018/U/1767/S
GADO-GADO CD - Malampun tiba , aku masih memikirkan kejadian tadi. Rasa - rasanya aku tak yakin dengan semua ini. Apakah ini mimpi? Ataukah nyata? Dengan keras ku tampar pipiku hingga merasa kesakitan dan ternyata ini nyata.
Anganku ingin mengajak mama untuk pergi dari hutan ini. Tapi apa daya , ancaman harimau itu sepertinya sangat menakutkan. Lagi pula nyawa mama jadi taruhannya. Ku urungkan niatku tersebut.
Ku tengok mama yang masih terduduk disampingku. Ku rasakan ia menggendong beban berat di benaknya. Apa yang harus aku lakukan , sementara waktu terus berjalan. Malam hari mulai tiba , rasa was was dan cemas menghantuiku. Akankah mama akan melakukan hubungan intim dengan harimau itu? Ahhh rasa rasanya aku sendiri tak yakin dengan hal itu. Tapi sesuai kesepakatan , aku harus merelakan mamaku dientot harimau brengsek itu!
Lantas , akupun duduk di luar rumah ( masih dengan kondisi bugil karena kami tidak ada pakaian lagi untuk dipakai. Baju satu - satunya yang dicuci tadi juga belum kering ). Mama menghampiriku ...
" Nak , sudahlah jangan kau pikirkan lagi. Mama sudah siap kok dengan semua ini. " Usaha mama menenangkanku
" Tapi ma ......" Sahutku
" Sudah ... Sudah mama tak apa - apa. Relakan saja mama dengan harimau itu." Tukasnya
Tak berapa lama kemudian , harimau itupun datang dan menghampiri kami.
" Hey bocah tengil .. , aku mau menagih janjimu tadi. " Ujar harimau jadi - jadian itu
" Emm ... Emm ...." Aku tak bisa menjawab apa - apa
Yang ada dipikiranku hanyalah beban pikiran tentang masalah ini.
" Hey bocah! Sudah siap ibumu untuk ku setubuhi?" Tegur harimau itu
Lalu mama menjawabnya ....
" Sudah , harimau. Aku sudah siap untuk melakukannya." Jawab mamaku
" Bagus! Ha .. Ha ... Ha ... Ha. Sekarang kamu bocah tengil minggir dan jangan ganggu kami!" Pinta harimau itu menyuruhku untuk tidak ditempat ini sementara waktu.
Dengan berat hati ku tinggalkan mama dan menjauh dari rumah namun tetap bisa melihat keadaan mama. Aku bersembunyi di semak - semak tak jauh dari rumah sehingga jika mama kenapa - napa aku bisa langsung menolongnya.
Setelah aku bersembunyi , ku lihat dari kejauhan mama dan harimau itu sedang bersiap - siap. Mama nampak menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan harimau brengsek itu. Namun sayangnya aku tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Ahh ... Yakin aja dengan hal ini. Yang penting aku memastikan keadaan mama baik - baik saja.
Harimau itu menyuruh mama menggelar sepucuk daun untuk alas. Setelah mama melakukan itu , dia berbaring dan mekangkang. Dengan sigapnya harimau itu mendekati tubuh mama dan menjilati bagian payudaranya.
Melihat hal itu , hatiku sangat terpukul. Dasar bodohnya aku merelakan mamaku dinikmati hewan bangsat itu! Batinku meronta - ronta seakan tak terima. Inginku mendekati mereka dan menghentikan niat busuk harimau itu tetapi apa daya , keselamatan mama yang utama.
Akhirnya ku urungkan niatku dan memantau mereka dari kejauhan. Sementara itu , harimau yang tadi menjilati tubuh mama kini mulai menghisap payudara mama. Dari kejauhan mama mengeluarkan desahannya.
" Emm ... Aaaah ......emmm ... Aaaahhh." Desahan mamaku yang sensasional.
Ketika harimau itu sedang asyik menghisapi payudara mama , terbesit dalam pikiranku. Ide cemerlang ini harus aku lakukan. Lalu ku ambil batu dan ku lemparkan di pohon dekat bersebelahan dengan mereka berzina.
" Kroosak .. kroossaaak!" Suara hantaman batu yang ku lempar mengenai ranting dan dedaunan pohon.
Seketika harimau itu menghentikan laju nafsunya. Ia melihat disekitarnya dan langsung melompat dan lari dengan cepatnya.
Melihat hal itu , aku merasa lega. Dan kupastikan harimau itu sudah pergi. Lantas aku pun mendekati mamaku.
" Ma .. mama gimana? Ga apa - apa kan? Ada yang luka?" Tanyaku dengan cerewet
" Ga apa kok nak. Mama baik - baik saja hanya puting susu mama agak lecet gegara gigi harimau tadi. " Jawab mamaku sambil memperlihatkan puting susunya yang berdarah.
Akupun mengambil dedaunan untuk mengobati luka di payudara mama. Syukurlah mama tak apa - apa. TO BE CONTINUE
0 Komentar